watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Hutan KenikMatan

Sebenarnya aku hanya mau jalan-jalan saja hari
itu. Karena di rumahku suntuk, akhirnya
kuputuskan untuk jalan-jalan di hutan sekedar
refreshing. Setelah lama jalan-jalan dan hari
sudah menjelang sore, hutan itu juga sudah
mulai gelap, aku melihat ada sosok yang sedang
berjalan ke arahku. Makin lama, semakin jelas
ternyata dia wanita, kutebak umurnya tidak lebih
dari 15 tahun, malah mungkin kurang karena
tubuhnya masih langsing dan dadanya juga
belum begitu besar. Dia memakai celana pendek
dan T-shirt.
Ya ampun, pahanya yang putih itu membuatku
menelan ludah. Pasti dia anak orang kaya yang
sedang berkemah atau menginap di salah satu
villa yang ada di sekitar hutan ini. Aku tidak tahu
kenapa dia bisa sampai masuk hutan, sendirian
lagi, yang jelas aku tidak tahan kalau harus
melepaskan kesempatan yang baik ini, karena
aku kebetulan sudah lama tidak pernah
merasakan bagaimana nikmatnya tidur bersama
anak di bawah umur.
Aku cepat-cepat merunduk ke semak-semak
yang ada sambil menunggu dia lewat. Begitu dia
lewat langsung kusergap dari belakang sambil
menutup mulutnya, soalnya biar sudah malam
tapi kami masih ada di pinggiran hutan, jadi aku
tidak mau ambil resiko orang-orang mendengar
teriakan anak ini. Sambil meronta-ronta, kubawa
dia masuk lebih jauh ke tengah hutan. Kalau
sudah masuk di dalam hutan, aku jamin tidak
ada yang bisa dengar teriakan dia, soalnya
orang-orang di sekitar situ percaya kalau hutan
itu angker, padahal mereka tidak tahu kalau ada
tempat seukuran yang agak lapang tempat aku
biasa menyepi. Ketika aku sampai ke tempat
pribadiku, ada sinar bulan purnama yang
menerangi tempat itu, kebeneran juga soalnya
sekitarku sudah gelap gulita.
“Lepaskan! Lepaskan! Jangan Om!” dia langsung
berteriak-teriak ketika mulutku lepas dari
mulutnya. Om? Enak aja dia panggil aku Om,
langsung saja aku kepalkan tanganku dan
kupukul keras-keras di perut. Dia langsung
tersungkur ke tanah sambil memegang perutnya
dan mengerang. Tidak hanya itu, langsung
kutendang punggungnya sampai dia berguling-
guling menabrak batang pohon yang sudah
roboh. Setelah itu kutarik rambutnya yang
sebahu sampai wajahnya dekat dengan
wajahku.
“Sekarang dengerin anak kecil!” kataku pelan tapi
pasti.
“Aku bukan om elo, tapi elo sebaiknya jangan
banyak tingkah, kalo tidak mau mati! aku hanya
pengen ngajarin elo kesenengan yang belon
pernah elo dapetin di sekolah elo! Tau?!” Dia
hanya menangis sambil mendorong-dorongku,
tapi tenaganya sudah lemah gara-gara
kutendang tadi.
“Jawab goblok!” bentakku sambil menampar
pipinya berkali-kali sampai memerah.
“Ampuun, ampun!” dia menjerit kesakitan karena
tamparanku tadi. Aku langsung saja tidak buang
waktu, dia langsung kudorong ke batang kayu
roboh tadi, sambil kutindih, kutelanjangi dia.
Mulai dari T-shirtnya terus celana pendeknya,
kutarik BH-nya sampai putus. Terakhir
kulepaskan juga celana dalamnya sekaligus
sepatu dengan kaos kakinya. Akhirnya dia
telanjang bulat sambil meronta-ronta karena
tangannya kupegangi dengan tangan kiriku.
Wow, kulitnya benar-benar putih mulus,
dadanya belum begitu besar tapi sudah
membulat, kemaluannya juga masih jarang
rambutnya. Dia mengerang lemas ketika kuraba
dan remas dadanya.
“Hei, lo suka ya! Sabar aja entar aku tunjukin
yang lebih enak!” aku melihat sekelilingku, dan
aku akhirnya menemukan cabang pohon
dengan diameter sekitar 5 cm. Dia sudah tidak
bisa bergerak karena kesakitan gara-gara
pukulanku, tapi untuk amannya kupukuli juga
perutnya berkali-kali sampai perutnya membiru.
Dia masih sadar tapi yang pasti dia tidak
mungkin bisa bergerak untuk lari dariku.
“Nah, enaknya aku mulai dari mana nih?”
tanyaku pada dia.
“Dari depan atau dari belakang?” dia hanya bisa
mengeluarkan desahan sakit, sambil mengeleng-
gelengkan kepalanya.
“Aku mulai dari depan aja ya? Pasti lo masih
perawan kan?”
Selesai berbicara begitu, aku langsung
mendorong cabang pohon tadi masuk ke liang
kewanitaannya. Karena sempit aku sampai harus
melebarkan bibir kemaluannya supaya cabang
tadi bisa masuk sedikit. Dia merintih-rintih ketika
cabang tadi mulai masuk sedikit demi sedikit.
Aku terus mendorong cabang tadi sambil
memutar-mutarnya. Dia langsung menjerit
kesakitan ketika kulakukan itu. Itu yang aku ingin
dengar dari tadi, batang kemaluanku langsung
tegang sekali. Ketika dia menjerit sekeras-
kerasnya aku merasa cabang pohon tadi tidak
bisa masuk lebih dalam lagi. Lalu aku mulai
menarik dan mendorong cabang tadi sambil
memutar-mutarnya, yang pasti akan membuat
dia lebih kesakitan kalau kudengar dari jeritannya.
Kepalanya mengeleng-geleng sampai terantuk-
antuk ke batang pohon tempat dia berbaring
sampai memohon aku agar aku berhenti. Bodoh
benar dia, tentu saja aku tidak akan berhenti.
Setelah beberapa kali tusukan, cabang pohon tadi
mulai berubah jadi merah, karena darah yang
keluar dari kemaluannya. Ada juga yang meleleh
keluar dan mengalir turun lewat pahanya. Aku
terus menusuk-nusuk liang kemaluannya
sampai sekitar 10 menit, sampai dia tidak bisa
mengerang hanya bisa mendesah dan mengigit
bibir kesakitan. Kulihat ada darah juga di sekitar
bibirnya gara-gara digigit terlalu keras olehnya.
Akhirnya aku tidak bisa tahan lagi, aku harus
masukan batang kemaluanku. Langsung saja
kubuka celanaku, kemaluanku langsung
bergoyang-goyang tegang. Lalu kucabut cabang
pohon tadi dari liang kemaluannya, kulihat bibir-
bibir kemaluannya langsung menutup lagi,
diiringi tarikan nafas anak itu. Karena aku sudah
tidak tahan lagi, langsung saja kubalikkan
badannya yang sudah lemah lunglai itu sehingga
pantatnya menghadap ke arahku. Kubuka
belahan pantatnya, kulihat lubangnya kecil sekali,
wah dia akan kesakitan kalau kumasukan batang
kemaluanku, tapi aku tidak perduli, yang jelas
aku tidak bisa membayangkan bagaimana
nikmatnya jepitan lubang itu. Sambil membuka
belahan pantatnya kuarahkan kepala kemaluanku
ke lubang kecil tadi, lalu kupegang bahu anak tadi
erat-erat sambil mulai mendorong masuk.
Ya ampun, sempit sekali, aku sampai meringis-
ringis, dia juga mulai meronta-ronta begitu sadar
apa yang telah kukerjakan di pantatnya. Tapi
pelan-pelan, lubang tadi mulai membuka
membuat batang kemaluanku mulai masuk
sampai kepala kemaluanku dan terus maju
pelan-pelan. Ketika kudorong kemaluanku, dia
kembali merintih-rintih seakan-akan kehabisan
nafas.
Akhirnya dengan dorongan terakhir yang keras
masuk juga batang kemaluanku ke lubang
pantatnya. Lalu aku tidak menunggu-nunggu
lagi, langsung saja aku maju mundur. Aku tidak
pelan-pelan lagi sekarang, kugerakan pinggulku
cepat dan keras. Sampai badan anak tadi
terguncang-guncang, terdorong maju mundur.
Kulihat dada dan perutnya mulai berdarah-darah
karena bergesekan dengan kulit pohon yang
kasar. Lama-kelamaan kemaluanku jadi
kemerah-merahan, selain gara-gara sempit
sekali, ada juga darah yang menempel ke batang
kemaluanku. Sekitar 15 menit kugerakan
pinggulku, darah yang keluar sudah ada di
mana-mana. Sampai meleleh turun lewat
pahanya ke tanah.
Aku merasa aku akan keluar tidak lama lagi,
begitu sudah hampir puncaknya, aku langsung
mencabut kemaluanku dan langsung kutarik
rambut anak itu. Dia langsung mengerang sakit,
dan saat itu juga aku masukan kemaluanku ke
mulutnya yang terbuka. Dia langsung tersengal-
sengal karena kemaluanku masuk langsung
masuk ke kerongkongannya, membuatnya sulit
bernafas. Dia berusaha menarik kepalanya tapi
tidak bisa, malah gara-gara gerakannya itu dan
gesekan kemaluanku dengan lidahnya aku tidak
bisa menahan lagi. Sambil mengerang
kukeluarkan spermaku ke mulutnya langsung
masuk lewat kerongkongan. Kulihat dia melotot
ketika ada cairan ketal masuk ke dalam
kerongkongannya. Kutahan kemaluanku di
mulut anak itu sampai sekitar satu menit, sampai
spermaku habis kukeluarkan ke mulutnya, ada
juga yang kulihat meleleh keluar, mengalir lewat
dagu, leher dan menempel di puting susunya.
Akhirnya kutarik kemaluanku yang sudah mulai
lemas dari mulutnya. Dia langsung tersungkur
ke tanah dan muntah-muntah mengeluarkan isi
perutnya.
“Dasar lu goblok tidak tau barang enak!” kataku.
“Muka lu kotor tuh, aku bersiin ya?” sambil
berkata itu aku langsung kencing ke mukanya,
air seniku membasahi seluruh wajah, rambut
sampai dadanya. Langsung saja dia muntah-
muntah lagi sampai lemas tidak berdaya, karena
tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan dari
perutnya.
Jamku sudah menunjukan jam 2 pagi, ketika aku
kembali berpakaian. Aku hampiri dia yang
tergolek lemas, kulihat air matanya mengalir
terus walaupun dia tidak mengeluarkan suara
tangisan.
“Lu mau lagi?” tanyaku.
Dia tidak bergerak hanya kulihat wajahnya yang
pucat bertambah pucat lagi.
“Ah, tapi punya lu udah rusak gara-gara ini. Aku
jadi tidak nafsu!” kataku.
“Lain kali aja deh!” kataku sambil menunjukan
cabang pohon yang berlumuran darah ke
wajahnya.
Setelah selesai aku berbicara itu, langsung saja
kupukul dadanya pakai cabang pohon yang
kupegang, kupukul punggungnya, pahanya,
kemaluannya. Kadang juga kutendang perutnya
sampai dia tidak bergerak lagi, matanya melotot
ngeri. Kuraba nadinya, ternyata masih ada
denyutan. Aku langsung berdiri dan berjalan
meninggalkan dia keluar hutan. Aku tidak peduli
mau ada yang menemukan dia atau tidak, kalau
dia tidak kuat dia bakalan mati juga. Lagipula
siang nanti aku mau ke Jepang, jadi tidak ada
yang bisa menemukan aku.


Adult | GO HOME | Exit
1/1679
U-ON

inc Powered by Xtgem.com